SMAN 17 Bulukumba Perkuat Mutu Pendidikan Melalui Sosialisasi PMP dan Pengembangan SPMI

BULUKUMBA Rabu, 29 Oktober 2025 – Dalam upaya serius untuk mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan dan tata kelola, SMA Negeri 17 Bulukumba menggelar agenda strategis secara simultan. 


Kegiatan tersebut adalah Sosialisasi Kebijakan Pemetaan Mutu Pendidikan (PMP) yang terintegrasi dengan data Rapor Pendidikan, serta Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Langkah ini diambil sebagai komitmen sekolah untuk beradaptasi dengan kebijakan pendidikan nasional terbaru dan memastikan adanya perbaikan yang berkelanjutan dari dalam.

Sesi sosialisasi PMP difokuskan pada pemahaman mendalam tentang kebijakan baru, di mana Rapor Pendidikan kini menjadi instrumen utama pemetaan. Para guru dan tenaga kependidikan dilatih untuk tidak hanya sekadar membaca data, tetapi juga menganalisisnya secara kritis. Mereka dibekali cara mengidentifikasi 'akar masalah' dari setiap indikator yang masih memerlukan perbaikan, serta menemukan 'praktik baik' yang sudah berjalan di sekolah. Tujuannya adalah agar perencanaan program sekolah ke depan benar-benar berbasis data, bukan lagi berdasarkan asumsi semata.

Selaras dengan PMP, Pengembangan SPMI menjadi motor penggerak internal. Kegiatan ini dirancang untuk merevitalisasi siklus penjaminan mutu di SMAN 17 Bulukumba, yang dikenal dengan siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan Standar). Dengan SPMI yang kuat dan terstruktur, sekolah didorong untuk memiliki kemandirian dalam mengaudit kinerjanya sendiri, menemukan area yang perlu ditingkatkan, dan merumuskan solusi perbaikan secara proaktif tanpa harus selalu menunggu intervensi dari eksternal.

Acara ini mendapatkan perhatian khusus dari Pengawas Pembina SMAN 17 Bulukumba, Ibu Hj. Rosmaya Umar, S.Pd.,M.Pd Dalam arahannya, beliau menekankan bahwa Rapor Pendidikan bukanlah sebuah ajang untuk mencari kesalahan, melainkan sebuah 'diagnosa' kesehatan sekolah. "Jangan alergi dengan data yang merah. 


Justru data itulah yang harus menjadi fokus utama kita untuk perbaikan," tegas Hj. Rosmaya. Beliau mendorong warga sekolah untuk menjadikan data PMP sebagai landasan dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS) dan mengintegrasikannya secara penuh ke dalam siklus SPMI. "SPMI adalah 'jantung' sekolah. Jika jantungnya sehat dan memompa dengan baik, maka seluruh organ pendidikan akan berjalan optimal," imbuhnya.

Kepala UPT SMAN 17 Bulukumba, Dra. A. Nirwati, M.M., M.Pd., menegaskan komitmen penuh seluruh jajarannya. "PMP dan SPMI adalah dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. PMP memberi kita cermin dari luar melalui data nasional, sementara SPMI adalah motor penggerak perbaikan dari dalam. Keduanya harus kita kelola dengan serius," ujar Dra. A. Nirwati. Beliau juga menginstruksikan pembentukan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah (TPMPS) yang lebih solid untuk mengawal implementasi SPMI agar berjalan efektif di semua lini.

Kegiatan ini diharapkan tidak hanya berhenti pada sosialisasi, tetapi akan ditindaklanjuti dengan aksi nyata. Dengan pemahaman kolektif yang baru, seluruh warga sekolah—mulai dari pimpinan, guru, hingga tenaga kependidikan—diharapkan dapat berkolaborasi secara sinergis. Muara dari semua upaya ini adalah terciptanya budaya mutu yang terinternalisasi dan, yang terpenting, peningkatan kualitas layanan serta hasil belajar siswa di SMAN 17 Bulukumba.

0 Komentar